Kamis, 28 Desember 2017

SEPUCUK RINDU TAK TERBALAS

Nama  : Niken Mileniency
Kelas  : 1 EA 20
NPM   : 14217500


Hai guys, kali ini saya akan membahas tugas kuliah saya yang temanya “renungan”, apasih “renungan”? menurut saya, renungan adalah memikirkan secara mendalam dan menghasilkan sebuah ide yang dapat dituangkan dalam berbagai macam ekspresi. 
Kali ini saya membuat puisi dari hasil renungan saya, jika mendengar kata "puisi", yang terbesit dibenak saya pertama kali adalah Sapardi Djoko Damono, beliau adalah maestro pujangga terkenal di Indonesia, dengan mengandalkan kata kata sederhana namun mudah dipahami.
Langsung aja simak hasil renungan saya kali ini.


SEPUCUK RINDU TAK TERBALAS

Ketika sang surya menyongsong
Kilau sinarnya dari ufuk timur membiaskan air laut
Seperti hari kemarin
Bayangmu menyambut kalbuku yang kosong
Cinta dan rinduku bersatu padu menerpa sukma
Tapi takkan bisa meluluhkan hatimu
Tak apa lah, aku hanya sebutir pasir di tengah pantai
Aku hanya segenggam koral ditengah samudra
Yang tak sengaja mengenal kata “cinta”
Walaupun tahu bagian terbaiknya pasti patah hati
*
Kupandangi  ombak yang memecah batu karang tak bertuan
Kemana dia pergi? Akankah dia kembali? Bilamana? Apakah dia merasakan apa yang kurasa?
Kamu yang hilang seolah ditelan bumi
Tuhan, aku merindukannya
Yaaa…kamu yang selalu kuucap saat sujud terakhirku
Hanya Tuhan yang tahu, seberapa bosan Ia mendengar namamu dalam doaku
*
Sepucuk rindu tak terbalas ini berkelana mencari si pemiliknya
Sesosok sahabat yang hilang
Jika kamu ditakdirkan untukku, selama apapun kamu akan kembali padaku
Meskipun aku tahu, yang datang akan selalu pulang
Yang tumbuh akan selalu jatuh
Yang berlayar akan selalu berlabuh
Skenario Tuhan tak pernah salah
Akan kubenamkan rindu ini di lubuk hatiku yang paling dalam
Lantas, jika kehilangan itu menyakitkan
Apakah berpindah hati itu menyenangkan?

###

Puisi diatas menceritakan tentang wanita yang mencintai seorang pria yang tidak mencintainya atau bertepuk sebelah tangan, sehingga hari-harinya menjadi hampa.
“Bayangmu menyambut kalbuku yang kosong
Cinta dan rinduku bersatu padu menerpa sukma
Tapi takkan bisa meluluhkan hatimu”

Pada penggalan
”Yang tak sengaja mengenal kata “cinta”
Walaupun tahu bagian terbaiknya pasti patah hati”
Menceritakan tentang si pria yang didambakan wanita tersebut adalah cinta pertamanya, dan wanita tersebut tahu konsekuensinya jika merasakan cinta, pasti akan patah hati.

Pada penggalan
“Kemana dia pergi? Akankah dia kembali? Bilamana? Apakah dia merasakan apa yang kurasa?
Kamu yang hilang seolah ditelan bumi
Tuhan, aku merindukannya”
Menceritakan wanita yang bertanya-tanya keberadaan si pria yang menghilang tanpa memberi kabar kepada si wanita.

Pada penggalan
“Sepucuk rindu tak terbalas ini berkelana mencari si pemiliknya
Sesosok sahabat yang hilang”
Menceritakan pria yang hilang tanpa kabar yang dimaksud adalah sahabatnya yang selama ini dirindukan.

Pada penggalan
Akan kubenamkan rindu ini di lubuk hatiku yang paling dalam
Lantas, jika kehilangan itu menyakitkan
Apakah berpindah hati itu menyenangkan?”

Menceritakan wanita tersebut mencoba untuk melupakan si pria, namun wanita tersebut bimbang apakah harus tetap menunggu atau berpindah kelain hati.

Minggu, 12 November 2017

ASAL MULA DANAU TOBA


Nama   : Niken Mileniency
Kelas   : 1 EA 20
NPM   : 14217500


Pada zaman dahulu ada seorang petani bernama Toba. Bujangan yang mengelola sawah untuk kepentingan hidupnya dan suka memancing, suatu saat dia pergi memancing dan tidak biasanya dia tidak mendapat ikan, sambil bergumam “kemana ikan ikan disungai ini?”. Setelah menunggu lama, akhirnya ia mendapat ikan yang besar dan perasaannya pun gembira. Setelah memancing, ia pun pulang untuk mandi dan menempatkannya ke wadah. Sesaat selesai mandi, ia pun kaget bukan kepalang, karena ikan tersebut berubah menjadi beberapa keping emas. “apa ini? Uang emas? Kemana ikan itu?”, teriak lelaki itu kaget karena tak habis pikir “tapi siapa yang meletakan emas itu didapur?”. Saat Ia beranjak kekamar, ia pun terkejut karena melihat seorang wanita dengan paras yang cantik jelita. Ia pun bertanya dengan gagap “kau.. kau ini siapa? Sejak kapan kau ada dikamarku?” pun dijawab oleh wanita itu dengan suara yang merdu “baru saja, kau yang membawaku dari sungai, aku adalah jelmaan ikan yang kau tangkap disungai” tetapi Toba pun masih bertanya-tanya dan bicara dalam hati “ah.. masa wanita secantik ini akan kusia-siakan” dengan pandangan mata yang terbelalak. Karena waktu sudah malam, maka wanita itu pun tinggal dirumahnya, wanita itupun memasak nasi untuk mereka berdua. Sampai suatu saat Toba pun bertanya pada wanita itu “adik manis, tidak pantas jika seorang lelaki dan perempuan tinggal serumah tanpa ikatan. Maukah adik menemaniku hidup selamanya?” Ia pun memulai pinangan, “aku senang mendengar ucapan abang, tapi apakah abang bersedia berjanji?” ujar wanita itu yang menerima pinangan seraya memberi syarat, “berjanji apa?” ujar Toba yang penuh harap, “berjanji untuk tidak menyebut asal asalku lagi, karena kita akan menjadi suami istri dan tidak boleh menghina satu sama lain, maukah abang bersumpah?”, “baiklah, aku Toba berjanji untuk  mencintai istriku selamanya dan tidak menyebut asal-muasal istriku lagi” ia pun bersumpah.
            Ia pun menikah dan dihadiri oleh para tetua desa. Namun setelah menikah lamanya, Toba dan istri belum jua dikaruniakan keturunan, ia pun memanggil tetua desa untuk meminta solusi dan tetua itu menyarankan agar mereka tidak makan daging ikan, akhirnya mereka pun hanya makan sayur mayur selama beberapa bulan. Jelang beberapa bulan pun, sang istri menunjukan tanda kehamilan. “puji syukur kepada Tuhan, kita akan dikaruniakan anak”, mereka pun saling mengalah untuk memberikan nama pada anaknya, akhirnya ketika anak mereka lahir, Toba pun memberi nama pada bayinya yaitu Samosir. Toba dan istri sangat menyayangi dan memanjakan Samosir, hal inilah yang membuat Samosir bertabiat manja dan pemalas. Saat ia disuruh ibunya untuk mengantarkan bekal ke ayahnya yang bekerja diladang, ia malah memakan bekal tersebut, akhirnya Toba pun marah tapi kali ini ia bisa menahan amarah. Saat kedua kalinya ia memakan bekal tersebut, Toba pun geram dan menghantam Samosir sambil menghina “kurang ajarrr, anak yang tidak tahu diuntung, dasar anak ikan!!” sambil menghina dengan amarahnya.
            Samosir pun mengadu kepada sang ibu, “ibu.. mengapa ayah mengatakan  aku ini anak ikan? Apakah ibu berasal dari ikan?” sang ibu pun merasa sangat sedih, karena suaminya telah melanggar janjinya. Akhirnya sang ibu pun menyuruh Samosir untuk pergi, “Samosir, segera pergilah, daki bukit yang tinggi disana, cepat lakukan perintah ibu jika engkau ingin selamat”, tanpa betanya lagi ia pun pergi sambil bertanya-tanya. Sang ibu pun pergi ke tepi sungai sambil menangis  dan berkata “hai suamiku, kau telah melanggar sumpahmu, maka aku akan kembali kepada asal mulaku”. Saat air matanya menetes dan jatuh ke tepi sungai, tiba tiba terlihat kilat menyambar dan suara gemuruh yang menggelegar hebat, saat wanita itu melompat kedalam sungai, tiba tiba ia berubah menjadi seekor ikan besar. Pada saat yang sama, sungai itu pun banjir besar dan hujan yang lebat. Naasnya saat Toba berjalan ke rumah, ia terkejut melihat alam yang berubah menjadi ganas. Ketika Toba mencoba berlari kebukit tempat Samosir berlindung, namun luapan air terlalu deras, sehingga usaha Toba pun sia sia. Samosir pun ketakutan, hampir dua hari Samosir tak berani turun. Sementara genangan air semakin luas dan sebagian bukit yang Samosir daki pun sebagian terendam. Setelah beberapa hari Samosir bertahan hidup, ia pun selamat dan terpaksa hidup dipulau terpencil yang kemudian dinamakan Pulau Samosir dan diapit danau yang kemudian dinamakan Danau Toba. Samosir hidup dengan makan seadanya, kini ia tidak bisa bermalas-malasan lagi, ia harus bekerja keras untuk bertahan hidup.
            Karena itu, dalam hidup kita harus bekerja keras dan mentaati perintah kedua orangtua, kita harus bersyukur karena kedua orangtua kita telah bekerja keras demi menghidupi keluarga.



sumber : buku dongeng pengantar tidur "Asal Mula Danau Toba"/Tira Ikranegara/Karya Agung Surabaya