Nama : Niken Mileniency
Kelas : 1 EA 20
NPM : 14217500
Pada zaman dahulu ada
seorang petani bernama Toba. Bujangan yang mengelola sawah untuk kepentingan
hidupnya dan suka memancing, suatu saat dia pergi memancing dan tidak biasanya
dia tidak mendapat ikan, sambil bergumam “kemana ikan ikan disungai ini?”.
Setelah menunggu lama, akhirnya ia mendapat ikan yang besar dan perasaannya pun
gembira. Setelah memancing, ia pun pulang untuk mandi dan menempatkannya ke
wadah. Sesaat selesai mandi, ia pun kaget bukan kepalang, karena ikan tersebut
berubah menjadi beberapa keping emas. “apa ini? Uang emas? Kemana ikan itu?”,
teriak lelaki itu kaget karena tak habis pikir “tapi siapa yang meletakan emas
itu didapur?”. Saat Ia beranjak kekamar, ia pun terkejut karena melihat seorang
wanita dengan paras yang cantik jelita. Ia pun bertanya dengan gagap “kau.. kau
ini siapa? Sejak kapan kau ada dikamarku?” pun dijawab oleh wanita itu dengan
suara yang merdu “baru saja, kau yang membawaku dari sungai, aku adalah jelmaan
ikan yang kau tangkap disungai” tetapi Toba pun masih bertanya-tanya dan bicara
dalam hati “ah.. masa wanita secantik ini akan kusia-siakan” dengan pandangan
mata yang terbelalak. Karena waktu sudah malam, maka wanita itu pun tinggal
dirumahnya, wanita itupun memasak nasi untuk mereka berdua. Sampai suatu saat
Toba pun bertanya pada wanita itu “adik manis, tidak pantas jika seorang lelaki
dan perempuan tinggal serumah tanpa ikatan. Maukah adik menemaniku hidup
selamanya?” Ia pun memulai pinangan, “aku senang mendengar ucapan abang, tapi
apakah abang bersedia berjanji?” ujar wanita itu yang menerima pinangan seraya
memberi syarat, “berjanji apa?” ujar Toba yang penuh harap, “berjanji untuk
tidak menyebut asal asalku lagi, karena kita akan menjadi suami istri dan tidak
boleh menghina satu sama lain, maukah abang bersumpah?”, “baiklah, aku Toba
berjanji untuk mencintai istriku
selamanya dan tidak menyebut asal-muasal istriku lagi” ia pun bersumpah.
Ia pun menikah dan dihadiri oleh para tetua desa. Namun
setelah menikah lamanya, Toba dan istri belum jua dikaruniakan keturunan, ia
pun memanggil tetua desa untuk meminta solusi dan tetua itu menyarankan agar
mereka tidak makan daging ikan, akhirnya mereka pun hanya makan sayur mayur
selama beberapa bulan. Jelang beberapa bulan pun, sang istri menunjukan tanda
kehamilan. “puji syukur kepada Tuhan, kita akan dikaruniakan anak”, mereka pun
saling mengalah untuk memberikan nama pada anaknya, akhirnya ketika anak mereka
lahir, Toba pun memberi nama pada bayinya yaitu Samosir. Toba dan istri sangat
menyayangi dan memanjakan Samosir, hal inilah yang membuat Samosir bertabiat
manja dan pemalas. Saat ia disuruh ibunya untuk mengantarkan bekal ke ayahnya
yang bekerja diladang, ia malah memakan bekal tersebut, akhirnya Toba pun marah
tapi kali ini ia bisa menahan amarah. Saat kedua kalinya ia memakan bekal
tersebut, Toba pun geram dan menghantam Samosir sambil menghina “kurang ajarrr,
anak yang tidak tahu diuntung, dasar anak ikan!!” sambil menghina dengan amarahnya.
Samosir pun mengadu kepada sang ibu, “ibu.. mengapa ayah
mengatakan aku ini anak ikan? Apakah ibu
berasal dari ikan?” sang ibu pun merasa sangat sedih, karena suaminya telah
melanggar janjinya. Akhirnya sang ibu pun menyuruh Samosir untuk pergi, “Samosir,
segera pergilah, daki bukit yang tinggi disana, cepat lakukan perintah ibu jika
engkau ingin selamat”, tanpa betanya lagi ia pun pergi sambil bertanya-tanya.
Sang ibu pun pergi ke tepi sungai sambil menangis dan berkata “hai suamiku, kau telah melanggar
sumpahmu, maka aku akan kembali kepada asal mulaku”. Saat air matanya menetes
dan jatuh ke tepi sungai, tiba tiba terlihat kilat menyambar dan suara gemuruh
yang menggelegar hebat, saat wanita itu melompat kedalam sungai, tiba tiba ia
berubah menjadi seekor ikan besar. Pada saat yang sama, sungai itu pun banjir
besar dan hujan yang lebat. Naasnya saat Toba berjalan ke rumah, ia terkejut
melihat alam yang berubah menjadi ganas. Ketika Toba mencoba berlari kebukit
tempat Samosir berlindung, namun luapan air terlalu deras, sehingga usaha Toba
pun sia sia. Samosir pun ketakutan, hampir dua hari Samosir tak berani turun.
Sementara genangan air semakin luas dan sebagian bukit yang Samosir daki pun
sebagian terendam. Setelah beberapa hari Samosir bertahan hidup, ia pun selamat
dan terpaksa hidup dipulau terpencil yang kemudian dinamakan Pulau Samosir dan
diapit danau yang kemudian dinamakan Danau Toba. Samosir hidup dengan makan
seadanya, kini ia tidak bisa bermalas-malasan lagi, ia harus bekerja keras untuk
bertahan hidup.
Karena itu, dalam hidup kita harus bekerja keras dan
mentaati perintah kedua orangtua, kita harus bersyukur karena kedua orangtua kita
telah bekerja keras demi menghidupi keluarga.
sumber : buku dongeng pengantar tidur "Asal Mula Danau Toba"/Tira Ikranegara/Karya Agung Surabaya
sumber : buku dongeng pengantar tidur "Asal Mula Danau Toba"/Tira Ikranegara/Karya Agung Surabaya